BAB II
KONSEP KOMUNIKASI DAN ETIKA DALAM MELAKSANAKAN PEMBERIAN OBAT SECARA SUPOSITORIA DAN DALAM PENGAMBILAN SPESIMEN
A. Pengertian
1. Komunikasi
Komunikasi dari bahasa Inggris communication, dari bahasa latin communicatus yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama, komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi tersebut.
Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal dan nonverbal dari informasi dan ide.
2. Etika
Etika (Yunani Kuno: "ethikos", berarti "timbul dari kebiasaan") adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk, dan tanggung jawab.
Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-pendapat spontan kita. Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
B. Bentuk-bentuk Komunikasi
1. Komunikasi Verbal
Proses komunikasi yang melibatkan komunikan menggunakan percakapannya untuk menyampaikan berita/ pesan kepada penerima. Misalnya perbincangan, ucapan, berita.
Aspek- aspek komunikasi verbal:
a. Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.
b. Kosakata
Komunikasi akan gagal jika penerima tidak dapat menelaah ungkapan dan kata-kata pengirim. Dalam keperawatan dan kedokteran terdapat berbagai istilah dan ungkapan tertentu. Maka ketika berbicara dengan pasien lebih baik menggunakan kata-kata yang bias dimengerti oleh pasien, karena hal ini akan membuat komunikasi lebih efektif.
c. Humor
Sedikit hiburan akan menenangkan pasien serta dapat mengurangi ketegangan dan rasa sakit saat tindakan.
d. Waktu yang tepat
Waktu yang tepat sangat penting dalam menangkap pesan.
2. Komunikasi Non verbal
Komunikasi non-verbal adalah proses komunikasi dimana pesanan disampaikan tanpa menggunakan kata-kata. Gerakan tubuh member makna yang lebih jelas daripada kata-kata.
Aspek- aspek komunikasi non verbal
a. Intonasi (Nada Suara)
Nada suara yang cukup nyaman di dengar akan memberikan rasa nyaman pada pasien, dan membantu mengurangi rasa tegang dari rasa sakitnya. Sebuah pesan dapat menunjukan antusiasme, perhatian, permusuhan, atau pengabaian bergantung pada intonasinya
b. Ekspresi Wajah
Wajah sering digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting dalam komunikasi interpersonal.
c. Sentuhan
Sentuhan merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun perawat harus mnemperhatikan norma sosial.
d. Gerakan Tubuh
Gerakan tubuh digunakan untuk menunjukan suatu ide yang sulit atau tidak nyaman jika digambarkan dalam kata-kata. Lambaian tangan, pemberian hormat, atau menggeser kaki adalah gerakan tubuh.
e. Postur dan Gaya Berjalan
Cara orang berjalan dan bergerak adalah bentuk yang nyata dari ekspresi diri
C. Faktor yang mempengaruhi komunikasi
Interpretasi suatu pesan akan terbentuk dari pola pikir seseorang melalui kebiasaannya, sehingga semakin sama latar belakang budaya antara komunikator dengan komunikan maka komunikasi semakin efektif.
2. Persepsi
Setiap orang merasakan, menginterpretasikan dan memahami kejadian secara berbeda. Perbedaan dalam persepsi antar individu yang berinteraksi dapat menjadi kendala dalam komunikasi.
3. Harapan
4. Pendidikan
Semakin tinggi pendidikan akan semakin kompleks sudut pandang dalam menyikapi isi pesan yang disampaikan.
5. Situasi
e. Teknologi
g.Lingkungan
D. Etika Yang Baik Dalam Komunikasi
Etika dan etiket dalam berkomunikasi antar manusia dalam kehidupan sehari- hari :
1. Jujur tidak berbohong
2. Bersikap Dewasa tidak kekanak-kanakan
3. Lapang dada dalam berkomunikasi
4. Menggunakan panggilan / sebutan orang yang baik
5. Menggunakan pesan bahasa yang efektif dan efisien
6. Tidak mudah emosi / emosional
7. Berinisiatif sebagai pembuka dialog
8. Berbahasa yang baik, ramah dan sopan
9. Menggunakan pakaian yang pantas sesuai keadaan
10. Bertingkahlaku yang baik
E. Contoh Teknik Komunikasi Yang Baik
1. Menggunakan kata dan kalimat yang baik menyesuaikan dengan lingkungan
2. Gunakan bahawa yang mudah dimengerti oleh lawan bicara
3. Menatap mata lawan bicara dengan lembut
4. Memberikan ekspresi wajah yang ramah dan murah senyum
5. Gunakan gerakan tubuh / gesture yang sopan dan wajah
6. Bertingkah laku yang baik dan ramah terhadap lawan bicara
7. Memakai pakaian yang rapi, menutup aurat dan sesuai sikon
8. Tidak mudah terpancing emosi lawan bicara
9. Menerima segala perbedaan pendapat atau perselisihan yang terjadi
10. Mampu menempatkan diri dan menyesuaikan gaya komunikasi sesuai dengan karakteristik lawan bicara
11. Menggunakan volume, nada, intonasi suara serta kecepatan bicara yang baik.
12. Menggunakan komunikasi non verbal yang baik sesuai budaya yang berlaku seperti berjabat tangan, hormat, cipika cipiki (cium pipi kanan - cium pipi kiri)
F. Metode Komunikasi Efektif
1. Menyimak dengan penuh perhatian
2. Mengajukan pertanyaan yang berhubungan
3. Paraphrase
4. Menjelaskan
5. Fokus
6. Memberikan informasi
7. Mempertahankan ketenangan
8. Penyimpulan
G. Pemberian Obat Secara Supositoria
1. pengertian
Pemberian obat supositoria adalah cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum dan vagina dalam bentuk supositoria.
2. Tujuan
a. Untuk memperoleh efek obat lokal maupun sistemik
b. Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan
b. Untuk melunakkan feses sehingga mudah untuk dikeluarkan
3. Prosedur Kerja :
a. Tahap Orientasi
1) Memberikan salam sebagai pendekatan
2) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
3) Menanyakan kesiapan pasien sebelum kegiatan dilakukan
b. Tahap Kerja
1) Cek kembali order pengobatan, mengenai jenis pengobatan, waktu, jumlah dan dosis
2) Siapkan klien
a) identifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya
a) identifikasikan klien dengan tepat dan tanyakan namanya
b) Jaga privasi, dan mintalah klien untuk berkemih terlebih dahulu
c) Atur posisi klien berbaring supinasi dengan kaki fleksi dan pinggul supinasi eksternal
d) Tutup dengan selimut mandi dan ekspose hanya pada area perineal saja.
3) Pakai sarung tangan
4) Buka supositoria dari kemasannya dan beri pelumas pada ujung bulatnya dengan jelly. Beri pelumas sarung tangan pada jari telunjuk dari tangan dominan anda.
5) Minta klien untuk menarik nafas dalam melalui mulut dan untuk merelakkan sfingter ani
6) Regangkan bokong klien dengan tangan non dominan, dengan jari telunjuk masukkan supositoria ke dalam anus, melalui sfingter ani dan mengenai dinding rectal 10 cm pada orang dewasa dan 5 cm pada bayi dan anak – anak
7) Tarik jari anda dan bersihkan area kanal klien
8) Anjurkan klien untuk tetap berbaring terlentang atau miring selama 5 menit
9) Bila supositoria mengandung laksatif atau pelunak feses, letakkan tombol pemanggil dalam jangkauan klien sehingga ia dapat mencari bantuan untuk mengambil pispot atau ke kamar mandi
10) Lepaskan sarung tangan, buang ditempat semestinya
11) Cuci tangan
12) Kaji respon klien
13) Dokumentasikan semua tindakan
c. Tahap Terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
c. Berpamitan dengan pasien/keluarga
d. Membereskan alat-alat
e. Mencuci tangan
Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan.
H. Pengambilan Spesimen
Salah satu kontribusi perawat dalam pengkajian status kesehatan adalah mengambil spesimen dan cairan tubuh untuk pemeriksaan. Pemeriksaan spesimen biasanya dilakukan minimal satu kali pada tiap klien rawat. Tujuan pemeriksaan spesimen adalah menetapkan diagnosa masalah dan menilai respon klien terhadap terapi yang telah dijalani.
Tanggungjawab perawat dalam pemeriksaan spesimen adalah:
1. Memberikan kenyamanan, mempertahankan privasi dan keamanan saat pengambilan spesimen
2. Menjelaskan tujuan pemeriksaan
3. Melakukan prosedur pengambilan, penyimpanan dan pengiriman spesimen dengan benar
4. Mencatat informasi yang terkait dengan pemeriksaan pada lembaran dengan benar
5. Melaporkan jika ditemukan hasil yang tidak normal
Supaya spesimen memenuhi syarat untuk diperiksa, maka proses pengambilan spesimen harus dilakukan dengan mengikuti kaidah yang benar. Spesimen yang memenuhi syarat adalah : jenisnya sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan, volumenya mencukupi untuk tiap jenis pemeriksaan, kondisinya layak untuk diperiksa (segar/tidak kadaluwarsa, tidak berubah warna, steril, tidak menggumpal), antikoagulan yang digunakan sesuai, dan ditampung dalam wadah yang memenuhi syarat.
Sebelum melakukan pengambilan spesimen, lakukan persiapan-persiapan seperti berikut ini :
1. Persiapan pasien.
Beritahukan kepada pasien tentang hal-hal apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh pasien sebelum dilakukan pengambilan spesimen.
o Persiapan secara umum, seperti : puasa selama 8-10 jam sebelum pengambilan spesimen (untuk pemeriksaan glukosa darah puasa, profil lipid, profil besi), tidak melakukan aktifitas fisik yang berat, tidak merokok, tidak minum alkohol, dsb.
o Jika pasien harus melakukan pengambilan spesimen sendiri (urin, dahak, faeses), jelaskan tata cara pengambilannya. Misalnya : kapan harus diambil, bagaimana menampung spesimen dalam wadah yang disediakan, mencuci tangan sebelum dan setelah mengambil spesimen, membersihkan daerah genital untuk pengambilan sampel urin, dsb.
o Jika pengambilan spesimen bersifat invasif (misalnya pengambilan sampel darah, cairan pleura, ascites, sumsum tulang, dsb), jelaskan macam tindakan yang akan dilakukan.
2. Cara Pengambilan Spesimen Urin
Semua pengumpulan sample urine harus di lakukan pada specimen yang segar, khususnya yang berasal dari eliminasi urine sewaktu bangun tidur pagi karena specimen ini sangat pekat dan lebih besar kemmungkinanya untuk mengungkapkan abnormalitas. Specimen yang di ambil secara acak merupakan specimen yang memuaskan bagi kebanyakan urinalisis dengan syarat bahwa urine tersebut di kumpulkan dalam wadah yang bersih dan di lindungi terhadap kontaminasi bakteri serta perubahan kimiawi. Semua specimen harus di simpan di lemari pendingin segera setelah di peroleh. Jika di biarkan dalam suhu kamar urin akan menjadi alkalis akibat kontaminasi bakteri pemecah ureum dari lingkungan di sekitarnya. Pemeriksaan mikroskopik harus dilakukan dalam waktu setengah jam setelah di kumpulkan kelambatan memungkinkan specimen urine mengalami penguraian sel – sel dan poliperasi bakteri pada specimen non steril. Kultur urine harus segera di proses. Jika tindakan ini tidak mungkin di lakukan kultur tersebut harus di simpan dalam suhu 4 C atau 39 F.
a. URIN BERSIH (clean voided urine specimen)
- Urin bersih diperlukan untuk pemeriksaan urinalisa rutin.
- Untuk pemeriksaan urinalisa rutin diperlukan:
- Urin bersih, biasanya urin pertama pagi hari karena urin pertama cenderung konsentrasinya lebih tinggi, jumlah lebih banyak, dan memiliki pH lebih rendah.
- Jumlah minimal 10mL
- Tidak ada cara pengambilan khusus, klien dapat melakukannya sendiri, dengan menampung urin pada wadah yang disediakan, kecuali klien yang lemah, mungkin memerlukan bantuan.
- Spesimen harus bebas dari feses
- Diperlukan urin segar (pengambilan kurang dari 1 jam), bila tidak dapat diperiksa dengan segera, urin harus dimasukan dalam lemari es. Bila urin berada dalam suhu ruangan untuk periode waktu lama maka kristal urin dan sel darah merah akan lisis/hancur serta berubah menjadi alkalin.
b. URIN TENGAH (clean-catch or midstream urin specimen)
- Urin tengah merupakan cara pengambilan spesiman untuk pemeriksaan kultur urin yaitu untuk mengetahui mikroorganisme yang menyebabkan infeksi saluran kemih Spesimen urine yang di keluarkan dengan cara yang umum biasanya tidak dapat di gunakan pemeriksaan bakteriologi akibat kontaminasi organism dari lingkungan di sekitar meatus uretra. Kontaminasi tersebut dapat di hindari dengan melakukan kateterisasi kandung kemih. Namun karena adanya kemungkinan terjadinya infeksi maka kateterisasi tidak di rekomendasikan untuk mendapatkan specimen urine kecuali adanya indikasi tertentu.
- Teknik clean – catch midstream ( teknik ini mengambil urine di tengah – tengah pengeluaran urine saat buang air kecil dan bukan saat memulai dan mengakhiri dan di lakukan dengan cara – cara yang bersih.) akan memberikan cara – cara untuk melakukan pemeriksaan bakteriologi yang dapat di andalkan tanpa kateterisasi . Dalam pengambilan ini Jumlah yang diperlukan 30-60mL urine.
1) Prosedur pada pasien laki – laki :
a. Buka gland penis dan bersihkan dan bersihkan daerah di sekitar meatus dengan sabun hilangkan semua bekas sabun dengan kapas yang sudah di basahi dengan air
b. Buang urine yang keluar pertamakali
c. Kumpulkan bagian tengah urine dengan menggunakan wadah steril yang bermulut lebar dan di lindungi oleh tutup yang steri
d. Jangan mengumpulkan beberapa tetes urine terakhir karena sekresi prostat dapat masuk kedalam pada akhir pencairan urine.
2) Prosedur pada pasien wanita :
a. Pisahkan kedua labia agar orifisium uretra tidak terhalang
b. Bersihkan daerah sekitar meonatus urinarius dengan menggunakan spons yang di basahi dengan sabun cair
c. Usap perineum dari depan kebelakang
d. Hilangkan semua bekas sabun dengan kapas yang sudah di basahi dengan air dengan cara menghapusnya dari depan ke belakang
e. Pertahankan agar labia tetap terpisah dan lakukan urinasi dengan kuat tetapi bagian pertama dan yang memancar keluar jangan di tampung ( kolon ) bakteri terdapat pada bagian distal orifisium uretra pancaran urine yang pertama akan membasuh dan membersihkanya dari kontra min asi uretra tersebut.
f. Kumpulkan bagian pancaran tengah dari aliran urine dengan memastikan agar wadah yang dui gunakan untuk mengumpulkan specimen urine tidak mengenai alat kelamin.
c. URIN TAMPUNG (timed urin specimen)
Beberapa pemeriksaan urin memerlukan seluruh produksi urin yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu, rentangnya berkisar 1-2 jam – 24 jam. Urin tampung ini biasanya disimpan di lemari pendingin atau diberi preservatif (zat aktif tertentu) yang mencegah pertumbuhan bakteri atau mencegah perubahan/kerusakan struktur urin. Biasanya urin ditampung di tempat kecil lalu dipindahkan segera ke penampungan yang lebih besar.
Adapun tujuan pemeriksaan yang menggunakan urin tampung adalah :
1) mengkaji kemampuan ginjal mengkonsentrasikan dan mendilusi urin
2) menentukan penyakit gangguan metabolisme glukosa
3) menentukan kadar sesuatu dalam urin (misal: albumin, amilase, kreatinin, hormon tertentu)
Hal yang perlu dilakukan perawat:
1. beri wadah yang telah disiapkan oleh pihak laboratorium
2. jelaskan metodenya
3. catat jam awal dan jam akhir menampung urin
d. Spesimen Kateter Indwelling
Urin steril dapat diperoleh dengan mengambil urin melalui area kateter yang khusus disiapkan untuk pengambilan urin dengan jarum suntik. Klem kateter selama kurang lebih 30 menit jika tidak diperoleh urin waktu pengambilan. Untuk kultur urin diperlukan 3 mL, dan 30 mL untuk urinalisa rutin. Untuk kultur urin, hati-hati dalam pengambilan agar tidak terkontaminasi.
Hal yang dapat di lakukan perawat ialah :
Hal yang dapat di lakukan perawat ialah :
a. Perawat melakukan infokonsent kepada klien
b. Persiapkan alat yang di butuhkan dan wadah yang sudah di sediakan oleh lab
c. Untuk kultur urin diperlukan 3 mL, dan 30 mL untuk urinalisa rutin
d. Klem kateter selama kurang lebih 30 menit jika tidak diperoleh urin waktu pengambilan.
e. Masukan urine kedalam tempat yang telah di sediakan
e. PENGUMPULAN URINE 24 JAM
Banyak pemeriksaan urine analisis kuantitatif di laksanakan pada specimen urine yang di kumpulkan selama prosedur waktu 24 jam untuk melaksanakan prosedur ini.
Prosedur persiapan pasien :
a. Anjurkan klien untuk mengosongkan kandung kemih pada waktu yang di tentukan ( 8.00 pagi ) urine di buang
b. Kumpulkan urine setelah 24 jam pengosongan kandung kemih
c. Masukan specimen urine dalam wadah yang bersih
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry, 2005, Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik, Jakarta: EGC
Alimul, Aziz. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Massofa. www.wordpress.com. 2008. faktor-faktor-yang-mempengaruhi-perilaku-dalam-berkomunikasi. 30 Maret 2011.
Purba, Jeni marlindawani, Skp. Zwani.com. 2008. Komunikasi Dalam Keperawataan. 1 April 2011.
www.blogspot.com. 2011. Askep perkemikan. 14 April 2011.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar